Kamis, 08 Oktober 2015

Migrasi & Kebudayaan

Pengertian Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari
tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas
penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan
perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke
negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan
perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar
wilayah satu negara saja.
Jenis-jenis Migrasi dan Faktor-faktor Penyebabnya
Pengertian Migrasi
Migrasi penduduk adalah gerak perpindahan
penduduk secara horizontal untuk pindah tempat tinggal
melintasi batas administrasi. Perpindahan penduduk yang
berlangsung dalam masyarakat ada dua macam sebagai
berikut;
Perpindahan vertikal , yaitu pindahnya status
manusia dari kelas rendah ke kelas menengah, dari
pangkat yang rendah ke pangkat yang lebih tinggi, atau
sebaliknya.
Perpindahan horizontal, yaitu perpindahan secara ruang atau
secara geografis dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Peristiwa inilah yang sering disebut dengan migrasi,
meskipun tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
Jenis-jenis Migrasi
1. Migrasi internasional (migrasi antarnegara)
Migrasi internasional (migrasi antarnegara) adalah
perpindahan penduduk dari suatu Negara ke Negara lain.
Migrasi internasional meliputi imigrasi, emigrasi, dan
remigrasi.
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari Negara lain ke suatu
Negara dengan tujuan menetap.
1. Emigrasi
Emigrasi, yaitu berpindahnya penduduk atau keluarnya
penduduk dari suatu Negara ke Negara lain dengan
tujuan menetap.
Remigrasi, yaitu kembalinya penduduk dari suatu
Negara ke Negara asalnya.
Migrasi internal (migrasi nasional)
Migrasi internal (migrasi nasional) adalah perpindahan
penduduk yang masih berda dalam lingkup satu wilayah
Negara. Perpindahan yang merupakan migrasi internal
antara lain sebagai berikut.
2. Urbanisasi
Urbanisasi adalah prepindahan dari daerah pedesaan ke
daerah perkotaan. Berikut faktor-faktor penyebab
urbanisasi.
Faktor daya tarik desa
Upah tenaga kerja di kota lebih tinggi daripada desa.
Lapangan pekerjaan formal maupun informal di kota
lebih banyak daripada di desa.
Banyak hiburan dan fasilitas kehidupan yang lain.
Faktor daya dorong desa
Sempitnya lahan pertanian di desa
Sempitnya lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian.
Rendahnya upah tenaga kerja di desa.
Kurangnya fasilitas hburan dan kehidupan.
Adanya kegiatan pertanian di desa yang bersifat
musiman.
Adanya keinginan penduduk untuk memperbaiki taraf
hidup.
Urbanisasi tidak hanya dilakukan di kota-kota besar,
melainkan juga dialami oleh kota-kota kecil. Beberapa tempat
yang semula bersifat pedesaan dapat tumbuh ke sifat
perkotaan akibat urbanisasi. Contoh : ibu kota kecamatan,
zona industri, proyek perumahan, dan proyek pertambangan
dapat menjadi tempat tujuan orang untuk bekerja.
1. Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk, yang
diprakarsai dan diselenggarakan pemerintah, dari
daerah yang padat penduduknya ke daerah yang belum
padat penduduknya.
Macam-macam transmigrasi :
Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dibiayai
oleh pemerintah mulai dari daerah asal sampai ke
daerah tujuan transmigrasi.
Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang
dilakukan penduduk atas biaya, kesadaran, dan
kemauan sendiri.
Transmigrasi sektoral,yaitu transmigrasi yang biayanya
ditanggung bersama antar pemerintah daerah asal
transmigran dengan pemerintah daerah yang dituju.
Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi dalam rangka
pembangunan proyek-proyek tertentu, seperti
transmigrasi bedol desa dan transmigrasi pramuka.
Transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi yang
seluruh pembiayaannya ditanggung oleh transmigran
atau pihak lain (bukan pemerintah).
Jenis-jenis migrasi lainnya
Evakuasi, yaitu perpindahan penduduk karena gangguan
bencana alam atau keamanan
Weekend, yaitu perginya orang-orang kota untuk mencari
tempat berudara sejuk.
Forensen, yaitu orang-orang yang tinggal di desa tetapi
bekerja di kota, sehinggasetiap hari menglaju (pergi dan
pulang).
Turisme, yaitu orang-orangyang bepergian ke luar untuk
mengunjungi tempat-tempat pariwisata di daerah/Negara yang
dituju.
Reuralisasi, yaitu kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah
pedesaan.
Pola Perpindahan (Mobilitas) Penduduk Suatu Daerah
Pola perpindahan (Mobilitas) penduduk dibedakan menjadi
empat mecam sebagai berikut.
Pola perpindahan harian, yaitu perpindahan penduduk setiap
hari dari desa ke kota untuk mencari makan. Setiap hari
melakukan perjalanan pergi pulang/nglaju (pergi pada pagi
hari dan pulang pada sore hari).
Pola perpindahan musiman, yaitu perpindahan tempat tinggal
penduduk yang dilakukan pada musim-musim tertentu. Contoh
: perpindahan penduduk dari kaki pegunungan Himalaya, bila
musim dingin turun ke daerah lembah, sedangkan saat musim
panas mereka akan kembali ke daerah semula.
Pola perpindahan menetap, yaitu perpindahan penduduk dari
satu tempat ke tempat laindengan tujuan menetap sekurang-
kurangnya enam bulan lamanya.
Pola perpindahan tidak menetap, yaitu perpindahan penduduk
Dallam jangka waktu pendek, tidak begitu teratur waktunya,
dan hanya berdasarkan kebutuhan, contoh : salesman atau
pedagang keliling yang melakukan promosi produk dari suatu
perusahaan.
Dampak Positif dan Negatif Migrasi serta Usaha
Penanggulangannya
Dampak Migrasi
Dampak positif migrasi terhadap daerah yang ditinggalkan
1. Berkkurangnya jumlah penduduk sehingga mengurangi
jumlah pengangguran.
Meningkatnya kesejahteraan keluarga di desa, Karena
mendapat kiriman dari yang pergi, terutama dari yang
sudah hidup layak.
2. “Seimbangnya” lapangan pekerjaan di desa dengan
angkatan kerja yang tersisa, karena banyak orang yang
meninggalkan desa.
Dampak negatif migrasi terhadap daerah yang ditinggalkan
1. Berkurangnya tenaga kerja muda daerah
2. .Kurang kuatnya stabilitas keamanan karena hanya
tinggal penduduk tua.
3. Semakin berkurangnya tenaga penggerak pembangunan
di desa.
4. Terbatasnya jumlah kaum intelektual di desa karena
penduduk desa yang berhasil memperoleh pendidikan
tinggi di kota pada umunya enggan kembali ke desa.
Dampak positif migrasi terhadap daerah yang dituju
1. Jumlah tenaga kerja bertambah.
2. Integrasi penduduk desa-kota semakin tampak.
3. Dampak negatif terhadap daerah yang dituju
4. Semakin padat jumlah penduduknya.
5. Banyak terdapat pemukiman kumuh.
6. Lalu lintas jalan semakin padat.
7. Lapangan kerja semakin berkurang sehingga banyak
dijumpai pengangguran tuna wisma, tuna susila, dan
tindak kejahatan.
8. Terdapat kesenjangan ekonomi dalam kehidupan di
masyarakat.
Usaha-usaha Pemerintah dalam Menanggulangi Permasalahan
Akibat Migrasi
Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan akibat migrasi
desa-kota antara lain sebagai berikut .
1. Membuka lapangan kerja baru di desa melalui kegiatan
padat kray.
2. Membangun sarana dan prasarana baru di bidang
transportasi antardesa.
3. Melaksanakan pembangunan regional melalui
pembangunan kota-kota satelit di sekitar kota tujuan
utama, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor
yang merupakn kota satelit Jakarta.
4. Melaksanakan program pembangunan pedesaan dengan
mengembangkan potensi desa sehingga penduduk desa
tidak perlu lagi meniggalkan desanya untuk mencari
pekerjaan.
Mengadakan “politik kota tertutup”, yaitu larangan
keras bagi penduduk yang tidak ber-KTP dan tidak
mempunyai penghasilan tetap untuk menetap di kota
yang dituju.
Menggalakkan kegiatan industry kecil/industri rumah
tangga di desa.
Meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara
intensifikasi (sapta usaha tani) dan diversifikasi
pertanian.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan Betawi
Pada tahun 1930 , kategori orang Betawi yang sebelumnya
tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam
data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak
778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu
itu. Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr
Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang
Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga
belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih
sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal
mereka, seperti orang Kemayoran , orang Senen , atau orang
Rawabelong . Pengakuan terhadap adanya orang Betawi
sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan
politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda ,
baru muncul pada tahun 1923 , saat Husni Thamrin, tokoh
masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi .
Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka
merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya
mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang
dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar
benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi.
Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah
menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Hal ini terjadi karena pada abad ke-6, kerajaan Sriwijaya
menyerang pusat kerajaan Tarumanagara yang terletak di
bagian utara Jakarta sehingga pengaruh bahasa Melayu
sangat kuat disini. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa
(raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun
1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu
komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan
campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang
menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini
lahir musik keroncong.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan
bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku
sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh
Belanda ke Batavia . Apa yang disebut dengan orang atau
Suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok
etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti
orang Sunda , Jawa , Arab , Bali, Sumbawa , Ambon , Melayu dan
Tionghoa .
1. Bahasa Betawi
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari
kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil
perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal
dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan
asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang
mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai
suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan
Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda
Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan
Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau
etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum
Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang
umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan
sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada
awal abad ke-20 , Belanda menganggap orang yang tinggal di
sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis
Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan
dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah
dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam
bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak,
Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian
berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan
lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang
digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat
ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah
Bahasa Indonesia , bahasa informal atau bahasa percakapan
sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi .
2. Seni dan kebudayaan Betawi
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni
Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa,
tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab ,
Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis -Arab,dan
Tanjidor yang berlatarbelakang ke- Belanda -an. Saat ini Suku
Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong ,
Rebana Tanjidor dan Keroncong .
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari
kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil
perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal
dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan
asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi
memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni
musik Tiongkok , tetapi juga ada Rebana yang berakar pada
tradisi musik Arab , Keroncong Tugu dengan latar belakang
Portugis -Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-
Belanda -an. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai
orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran
aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin
antaretnis dan bangsa di masa lalu.
3. Kepercayaan
Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi
yang menganut agama Kristen ; Protestan dan Katholik juga
ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang
beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah
keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa
Portugis . Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan
Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan
gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk
komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini
sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu,
Jakarta Utara .
4. Profesi dan Perilaku serta sifat
Masyarakat Betawi
Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde
baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah
(kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung
Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para
petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain).
Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan
pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi
pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi.
Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga
Kemanggisan. Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan
Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung
Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan.
Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal
Ji’ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di
kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja
kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak
silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan
profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran
Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan
warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk
“terpaksa” memuluskan pembuatan kompleks olahraga
Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena
asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang
Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan
lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada
cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-
masing.
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini
jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan,
dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang
berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni
Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi
Gubernur Jakarta saat ini . Ada beberapa hal yang positif
dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka sangat tinggi,
walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan
cenderung tendensius. Orang betawi juga sangat menjaga
nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua
(terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya.
Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini
terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi
dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi,
terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih
memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa
ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan
lain-lain. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan
sebagian besar masyarakat betawi masa kini agak
terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri
(baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat
Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang
modernisasi tersebut.
B. Roti Buaya Sebagai Simbol Pernikahan Adat Betawi
Setiap acara pernikahan yang mengusung adat Betawi, pasti
tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya roti yang
memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh
mempelai pengantin laki-laki pada acara serah-serahan.
Selain roti buaya, mempelai pengantin laki-laki juga
memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop,
alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga. Dari
sejumlah barang yang diserahkan tersebut, roti buaya
menempati posisi terpenting. Bahkan, bisa dibilang hukumnya
wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri bagi warga
Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang
menikah untuk sehidup-semati.
Selain itu masyarakat Betawi telah turun temurun
menggunakan roti buaya sebagai simbolisasi disetiap
pernikahan adat Betawi. Kenapa bentuknya buaya? tapi kita
sering mendengar bahwa ada istilah Buaya Darat alias mata
keranjang? Persepsi ini yang perlu dijelaskan. Buaya adalah
hewan yang panjang umur dan paling setia kepada
pasangannya, buaya itu hanya kawin sekali seumur hidup,
sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang
Kesetiaan dalam rumah tangga. Selain itu buaya termasuk
hewan perkasa & hidup di dua alam, ini juga bisa dijadikan
lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi tangguh &
mampu bertahan hidup di mana aja. Roti Buaya ini dibuat
sepasang, yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg
diletakan di atas punggungnya atau di samping. Maknanya
adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu.
Peningset ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap
mulus hingga sampai ke tangan penganten perempuan. Selain
itu, roti memiliki makna sebagai lambang kemapanan, karna
ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan
atas. Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini
diberikan pada saudara yang belum nikah, hal ini juga
memiliki harapan agar mereka yang belum menikah bisa
ketularan dan segera mendapatkan jodoh.
C.   Asal mulanya roti buaya menjadi simbol pernikahan adat
Betawi
Asal mula adanya roti buaya ini, konon terinspirasi perilaku
buaya yang hanya kawin sekali sepanjang hidupnya. Dan
masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun.
Selain terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang
diwujudkan dalam sebuah makanan berbentuk roti itu juga
memiliki makna khusus. Menurut keyakinan masyarakat
Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi.
Dengan maksud, selain bisa saling setia, pasangan yang
menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan bisa
hidup mapan.  Karenanya, tak heran jika setiap kali prosesi
pernikahan, mempelai laki-laki selalu membawa sepasang roti
buaya berukuran besar, dan satu roti buaya berukuran kecil
yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan sebagai
buaya perempuan. Ini mencerminkan kesetian mempelai laki-
laki kepada mempelai perempuan sampai beranak-cucu.
Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang.
Menurut Haji Ilyas, salah satu tokoh Betawi di Tanahtinggi,
Jakarta Pusat, meski saat ini banyak warga Betawi yang
merayakan pernikahan secara modern, tapi mereka masih
memakai roti buaya sebagai simbol kesetiaan. Karena roti
buaya sudah membudaya bagi warga Betawi. “ Adat kite ntu
kagak ilang. Masih banyak nyang pake . Kite ambil contoh di
kawasan Condet, Palmerah sampe ke Bekasi, malahan sampe
Tangerang,” lanjut pria yang sering disapa Haji ini.
Sayangnya, saat ini roti buaya tidak mudah dijumpai di toko-
toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah harus
pesan dulu ke tukang roti. Dan harganya juga bervariasi
tergantung ukuran yang dipesan, yakni mulai dari 50 ribu
hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah termasuk rasa roti,
keranjang, dan asesoris pelengkapnya. “Roti buaya adalah
kue perayaan, jadi nggak setiap hari ada. Kalau mau beli
harus pesan dulu,” kata Ari, salah satu pedagang kue di
Pasar Senen.
Sejatinya, bagi warga yang sudah terbisa membuat roti, tidak
terlalu sulit membuat roti buaya ini. Sebab, bahan dasarnya
sangat sederhana, yakni terigu, gula pasir, margarine, garam,
ragi, susu bubuk, telur dan bahan pewarna. Keseluruhan
bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga rata dan halus,
kemudian dibentuk menyerupai buaya. Setelah bentuk
kemudian dioven/panggang hingga matang.

Kesimpulannya, dengan perpindahan masyarakat tersebut, pasti membawa dampak positif dan negatif pada daerah yang di diaminya, dampak positif nya seperti apabila daerah yang menjadi tempat migrasi tersebut memang sepi penduduk, dan jarang ada seperti toko - toko, mungkin dengan adanya penduduk "baru"  tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan, untuk daerah sekitar dan membantu menghidupi masyarakat lingkungan sekitar nya. Adapun dampak negatif, apabila terlalu banyak nya warga dalam daerah tersebut, akan menjadi peningkatan penduduk, dan lapangan pekerjaan akan semakin langka, karena lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan penduduk yang ada di lingkungan tersebut, pengangguran dimana-mana, bahkan bangunan padat penduduk akan menjamur dimana-mana.

Sumber :
http://megapolitan.kompas.com/read/
xml/2009/06/19/09403272/Roti.Buaya.Simbol.Kesetiaan
http://kosmo.vivanews.com/news/read/70568-
simbolisasi_roti_buaya_di_pernikahan_betawi .
http://bukanimigrasi.blogspot.com/2010/05/pengertian-
imigrasi.html
http://kodimsblog.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-migrasi-
dan-faktor-faktor.html
http://faisal14.wordpress.com/2009/11/10/contoh-makalah-
roti-buaya-sebagai-simbol-pernikahan-adat-betawi/
https://farrasarvian.wordpress.com/2012/10/05/tugas-ilmu-sosial-dasar-tentang-migrasi-dan-kebudayaan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar