Kamis, 19 Juli 2018

Tugas 2 Perawatan Sistem Radiator

BAB I


PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah kedalam banyak bidang ilmu pengetahuan, tidak terkeciali dalam bidang teknik otomotif. Perkembangan otomotif sekarang ini sangatlah pesat. Kehidupan sekang ini tidak jauh dari transportasi sperti kendaraan motor, mobil dan yang lainnya karena sudah menjadi kebutuhan sebagai alat transportasi dalam mendistribusikan bidang sandang, pangan dan papan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Dibidang teknik otomotif, terdapat banyak sistem seperti sistem penggerak, chasis, electrical, pendingin, bahan bakar, pengereman dll. Dalam pengaplikasian ilmu otomotif agar dapat melakukan perawataan pada mesin. mesin beroperasi sesuai kebutuhan manusia akan mengalami penurunan performa dari setiap sistem yang ada dikendaraan tersebut, maka dari itu perlu dilakukan service berkala sesuai dengan kerusakannya.

Dalam suatu kendaraan yang menggunakan sistem pendingin air sangat baik digunakan pada sebuah mesin, untuk menjaga atau menstabilkan suhu panas mesin yang ditimbulkan. Kendala yang terjadi pada sistem pendingin yang mengalami over heating dan akibatnya mempengaruhi pada kinerja mesin yang dapat berkurang. Terjadinya panas berlebih (over heat) pada sistem pendingin mesin, dalam arti tidak tercapainya suhu kerja mesin yang tidak diinginkan mesin saat beroperasi. Maka itu diperlukan sistem pendingin pada mesin, untuk menjaga kestabilan panas yang timbul akibat proses pembakaran diruang bakar, dan gesekan antara satu dengan yang lainya. Apabila suhu mesin sudah tidak lagi terkendali dari pada sistem pendingin mesin, maka kerusakan akan terjadi pada komponen sistem pendingin tersebut. Setiap kendaraan pasti memiliki kendala atau kerusakan. Akan tetapi bila suhu mesin terlalau tinggi akan mengakibatkan gangguan pada komponen mesin.

1.2              Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Mengapa terjadinya over heat sehingga daya mesin dapat berkurang.

2. Mengapa terjadi kebocoran pada sistem pendingin.

3. Mengapa kepala selinder dapat menjadi lengkung atau baling.

1.3              Batasan Masalah

Terbentuknya batasan masalah yang terjadi karena luasnya ruang lingkup yang berkaitan dengan tugas matakuliah teknik perawatan mesin, dan keterbatasan kemampuan, biaya, waktu dan lain-lain. Maka permasalahan yang dibahas pada penelitian ini meliputi, kenapa terjadi over heat, mengapa bisa terjadi kebocoran pada sistem pendingin dan akibatnya kepala selinder dapat baling dan lengkung.

1.4              Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penilitian ini adalah :

1.      Memahami sistem dan prinsip kerja pendingin pada kendaraan mobil ?

2.      Memahami fungsi dan komponen yang ada pada sistem pendingin mobil.


BAB II


LANDASAN TEORI

2.1       Pengertian Sistem Pendingin

            Sistem pendingin adalah sekumpulan komponen tambahan pada mesin untuk mencegah terjadinya engine overheat. Melalui sistem ini, temperature mesin akan dijaga agar tidak berlebihan. Sehingga, meski mesin dipacu dalam RPM tinggi serta dihidupkan dalam waktu yang lama, temperature mesin tidak akan berlebihan. Ini akan membuat mesin bekerja secara efektif dan aman dalam jangka waktu lama.

2.2       Fungsi Sistem Pendingin

Panas akibat pembakaran yang berlebihan mengakibatkan komponen mesin akan mengalami kenaikan temperatur yang berlebihan (over heating). Komponen-komponen seperti torak dengan dinding selinder menjadi macet, dan kepala selinder akan menjadi retak, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan sistem pendinginan. Fungsi sistem pendingin adalah sebagai berikut:

1.      Mengurangi panas yang dihasilkan oleh pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang dapat mencapai temperatur 25000 C, panas yang cukup tinggi ini dapat melelehkan logam atau komponen lain, yang dapat menggangu kinerja sistem pendinginan.

2.      Mempertahankan temperatur mesin agar selalu pada temperatur kerja yang optimal.

3.      Mempercepat pencapaian temperatur kerjanya mesin, karena untuk mencegah terjadinya keausan dan emisi gas buang yang berlebihan.  Sebaliknya bila mesin bekerja pada kondisi dingin dapat menyebabkan :

1.      Keausan lebih cepat.

2.      Poros bahan bakar.

3.      Tumpukan air dan endapan pada rumah engkol (crank case).

Itulah sebabnya suhu mesin dalam beroperasi harus dikendalikan sesuai dengan ketentuan sehingga menghasilkan efisiensi yang tinggi (Daryanto, 2010). Pada saat mesin dipanaskan dengan cepat, dan pada saat beban puncak tinggi, mesin harus didinginkaan dengan segera.

2.3       Jenis Sistem Pendingin pada Kendaraan Bermotor  

Berdasarkan cara kerjanya, Sistem Pendingin kendaraan dibagi menjadi 2 yaitu sistem pendingin dengan mengunakan pendingin udara (air cooling engine) dan sistem pendingin air (water cooling). Banyak mobil mengunakan sistem pendingin air, setiap jenis sistem pendingin tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing yang disesuaikan dengan tujuan pengunaan engine kendaraan tersebut (Soekardi, 2005).

     1.      Sistem Pendingin Air (water cooling) 

            Sistem pendingin (Gambar 1) ini sangat baik digunakan karena sebagian panas dari ruang bakar diserap oleh dinding selinder dan kepala selinder, akan tetapi perawatanya lebih rumit, selain itu biaya yang dikeluaarkan untuk perawatan sistem pendingin ini lebih besar dibandingkan dengan sistem pendingin udara. Tapi banyak memiliki keuntunganya yaitu lebih aman, karena ruang bakar diselimuti oleh air yang berada di water jacket, maka selain mendinginkan juga berfungsi sebagai peredam bunyi. Selain itu juga pendinginan air baik untuk kendaraan perjalanan jauh (Daryanto, 2002).





Gambar 2.1 Sistem Pendingin Air


     2.      Mesin pendingin udara


Pada sistem ini panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan udara di dalam silinder sebagian dirambatkan keluar melalui sirip-sirip pendingin yang dipasang di luar silinder dan ruang bakar tersebut. Panas tersebut selanjutnya diserap oleh udara luar yang temperaturnya jauh lebih rendah dibanding temperatur sirip pendingin. Untuk daerah mesin yang temperaturnya tinggi yaitu di sekitar ruang bakar diberi sirip pendingin yang lebih panjang dibanding di daerah sekitar silinder.

Udara yang menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau udaranya harus mengalir agar temperatur di sekitar sirip tetap rendah sehingga penyerapan panas tetap berlangsung secara sempurna. Aliran uadara ini kecepatannya harus sebanding dengan kecepatan putar  mesin agar temperatur ideal mesin dapat tercapai sehingga pendinginan dapat berlangsung dengan sempurna.
Untuk menciptakan aliran udara, ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu menggerakkan udara atau siripnya. Apabila sirip pendinginnya yang digerakkan berarti mesinnya harus bergerak seperti mesin yang dipakai pada sepeda motor. Untuk mesin-mesin stasioner dan mesin-mesin yang penempatannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk mendapatkan aliran udara, maka diperlukan blower yang fungsinya untuk menghembuskan udara. Penempatan blower yang digerakkan oleh poros engkol memungkinkan aliran udara yang sebanding dengan putaran mesin sehingga proses pendinginan dapat berlangsung sempurna. 



 Gambar 2.2 Sistem Pendingin Udara


2.4       Komponen – komponen Sistem Pendingin

Komponen-komponen sistem pendingin air yang penting dan perlu di pelihara atau diservis adalah radiator, tutup radiator, tangki reservoir, sabuk (belt), kipas pendingin, thermostat dan pompa air.

Radiator

1.       Radiator

Radiator memiliki tiga bagian utama yaitu: inti radiator, tangki air bagian atas, dan tangki bagian bawah. Radiator umumnya dibuat dari tembaga, tetapi kebanyakan sekarang inti radiator terbuat dari aluminium, kecuali tangkinya yang terbuat dari logam atau plastik. Fungsi dari radiator sebagai alat untuk mendinginkan air pendingin dengan memanfaatkan udara luar yang mengalir dari sela-sela radiator .Air dari radiator tersebut dikirim ke bagian-bagian yang di inginkan melalui selang radiator, baik dari radiator ke blok selinder atau sebaliknya.



 Gambar 2.3 Radiator

2.      Pompa Air (Water Pump)

Pompa air merupakan salah satu komponen sistem pendingin yang digunakan sebagai pendorong cairan pendingin, digunakan untuk membuat air mengalir secara teratur tanpa memerlukan tenaga yang berlebihan untuk mengendalikanya. Tenaga yang digunakan oleh pompa air untuk mensirkulasikan air pendingin diambil dari poros engkol dengan perantara tali kipas yang terhubung oleh roda gigi, pompa air berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin, yaitu menghisap dari radiator dan menekanya ke dalam mantel air yang berada pada blok mesin. Pompa air (water pump) akan memompa air pendingin dari water jacket ke radiator yaitu dengan cara menekan cairan pendingin. Pada umumnya pompa air yang digunakan adalah jenis pompa sentrifugal (sentrifugal pump). Pompa air ditempatkan dibagian depan blok selinder dan digerakan oleh tali kipas atau timing 
belt.



 Gamba 2.4 Pompa Air (Water Pump)

3.      Thermostat

Thermostat yang berfungsi untuk menahan air pendingin yang masih berada didalam water jacket mesin agar bersirkulasi pada mesin saat suhu mesin masih rendah, dan akan membuka saluran dari mesin ke radiator setelah temperatur kerja mesin mencapai suhu idealnya. Katup thermostat berfungsi untuk menahan air pendingin bersirkulasi saat suhu mesin yang rendah dan membuka lebar saluran dari mesin ke radiator pada saat suhu mesin mencapai suhu idealnya. Katup thermostat biasanya dipasang diantara selang radiator dan mesin yang dimaksudkan untuk mencegah mengalirnya air pendingin dari radiator ke engine.  Thermostat dirancang untuk mempertahankan agar temperatur cairan pendingin dalam batas yang diijinkan. Pada umumnya efisiensi operasi mesin yang tertinggi apabila temperaturnya kirakira pada 860– 800C, kerja Thermostat tergantung oleh suhu, apabila suhunya naik maka thermostat membuka dan sebaliknya. Dengan demikian suhu mesin dapat dikendalikan dan ini merupakan fungsi dari thermostat  sebagai kendali suhu mesin. Jenis thermostat yang digunakan adalah tipe wax pellet. jenis ini semacam lilit yang merupakan bahan yang peka terhadap panas yang dapat mengembang pada saat panas dan menyusut pada saat dingin. Efek lainya jika thermostat dilepas, air tetap bersirkulasi dan berputar masuk ke dalam radiator. 
Hasilnya mobil akan lama mencapai suhu kerja idealnya.



 Gambar 2.5 Thermostat

4.      Water Jacket


Water jacket engine adalah suatu sistem yang harus diisi ke dalam blok mesin karena fungisnya yang dapat mempengaruhi kinerja dan material blok mesin. Pendinginan water jacket engine untuk menjaga temperature dari blok mesin ketika mesin beroperasi. Fungsi ini sangat penting mengingat temperature yang dihasilkan pada ledakan piston begitu besar. Kesalahan apabila sistem ini tidak berjalan adalah terjadi kelemahan material dari blok mesin karena temperature melebihi yang diizinkan. Saat awal operasi, panas yang dihasilkan akan diserap, pada kondisi ini air pada blok mesin belum beroperasi. Dibawah adalah grafik perbandingan antara Power, Torsi dengan kecepatan suatu mesin. Pada kecepatan rendah dalam arti mesin baru nyala mempunyai besaran torsi yang kecil, hal ini karena terdapat panas yang hilang serap blok mesin. 


Gambar 2.6 Perbandingan Daya, Torsi, dan Kecepatan


        Untuk sistem water jacket dipengaruhi oleh thermostat berupa sensor temperature yang dapat membuka ketika temperature tinggi (melebihi kapasistas). Ketika thermostat terbuka maka terjadi sirkulasi yang membuat air berjalan menuju radiator. Namun selama thermostat tetap tetutup air akan jatuh melalui direct manifold menuju pompa untuk disirkulasi di blok mesin kembali.

        Dari block engine ke direct manifold ketika thermostat masih tertutup, air masuk ke pompa untuk disirkulaikan kembali. Sedangkan apabila thermostat terbuka air menuju radiator kemudian didinginkan dan turun kebawah melalui sistem gravitasi, setelah itu sebelum air masuk didalam bloc akan didorong menggunakan pompa air yang mendapat daya mengcouple dengan poros pendingin untuk radiator. Setelah itu akan kedalam blok-blok mesin. Sistem diblok mesin juga berupa celah diluar lubang silinder. Sehingga air tidak akan masuk kedalam sistem pembakaran. Untuk mencegah air masuk karena overhaul mesin, biasanya setiap pembongkaran diikuti dengan penggantian gasket. Pompa untuk air adalah pompa non displacement positive. Ketika mesin tidak hidup maka air akan tetap, sehingga membuat keadaan cenderung lembab. Kelembapan ini menimbulkan korosi. Dengan kata lain mesin harus dipanaskan secara teratur agar menjaga bloc dan sistemnya untuk water jacket agar tidak korosi.






Gambar 2.7 Water Jacket

5.      Kipas Pendingin yang digerakan oleh Poros Engkol

Tujuan pemasangan kipas adalah untuk mempercepat proses pendinginan air didalam radiator. Kipas pendingin ini terus menerus digerakan oleh poros engkol melalui tali kipas yang digerakan oleh v-belt atau dengan tali kipas yang bergigi (ribbet belt). kecepatan kipas berubah sesuai dengan kecepatan mesin dan hal tersebut  belum cukup besar, bila mesin berputar  pada kecepatan tinggi, kipas juga berputar dengan cepat dan putaran menambah tahanan yang sama. Hal ini menyebabkan kehilangan tenaga dan menimbulkan bunyi pada kipas. Untuk mencegah hal tersebut maka biasanya antara pompa air dan kipas dipasang sebuah kopling fluida.

6.      Kipas pendingin yang digerakan motor listrik

Pada kipas pendingin yang digerakan oleh motor listrik terjadi pada saat temperatur air pendingin panas, temperatur air pendingin dikirimkan ke motor listrik melalui sinyal yang terdapat pada kepala selinder. Pada saat temperatur meningkat, sinyal tersebut merangsang motor relay untuk mengerakan motor listrik yang kemudian mengerakan kipas pendingin. Kipas motor listrik bekerja pada saat dibutuhkan selain itu juga membantu mengurangi suara bising yang ditimbulkan kipas pendingin.

7.      Cairan Anti Beku (Coolant)

Coolant adalah suatu sarana atau media pendingin yang digunakan untuk menyerap panas dari mesin. Coolant adalah suatu cairan yang mengandung zat kimia yang digunakan untuk campuran pendingin air yang bahan dasarnya ethylene glycol. Bahan kimia ini sangat beracun dan sangat berbahaya bila terkena langsung dengan organ tubuh  manusia sekitar 70 mg/kg berat badan. 

8.      Katup Presure dan Katup Vacum Tutup Radiator 

Apabila volume air pendingin bertambah saat temperaturnya naik, maka tekananya juga bertambah. Bila tekanan air pendingin mencapai 0.9-1,0 kg/cm2 pada 110- 1200C, maka relief valve terbuka dan membebaskan kelebihan tekanan melalui pipa over flow sehingga sebagian air pendingin masuk kedalam tangki cadangan. Pada saat temperatur air pendingin berkurang setelah mesin berhenti, maka dalam radiator terjadi kevacuman. Akibatnya vacum valve terbuka secara otomatis untuk menghisap udara segar mengganti kevacuman dalam radiator. kemudian diikuti dengan cairan pendingin pada tekanan atmosfir apabila mesin sudah benar-benar dingin.

9.      Sirkulasi Sistem Pendingin

Sistem pendingin yang digunakan pada mesin Mitsubishi Galant 2500 cc adalah sistem pendingin air yang menggunakan by pass vakum, kipas pendingin dan pompa air yang digerakan oleh belt.

Bila Mesin Dalam Keadaan Dingin  

            Pendinginan diberi tekanan pompa oleh pompa air dan bersirkulasi. Ketika mesin dalam keadaan masih dingin, air pandingin masih dalam keadaan dingin dan thermostat masih tertutup sehingga cairan bersirkulasi melalui selang by pass dan kembali ke pompa air.

Bila Mesin Dalam Keadaan Panas

Setalah mesin menjadi panas, thermostat terbuka dan katup by pass tertutup dalam by pass sirkuit. Cairan pendingin setelah menjadi panas di dalam water jacket (yang menyerap panas dari mesin) kemudian di salurkan ke radiator untuk didinginkan dengan kipas dan putaran udara dengan adanya gerakan maju kendaraan itu sendiri. Cairan pendingin yang sudah dingin ditekan kembali oleh pompa air ke water jacket.

BAB III


PEMBAHASAN

3.1       Flowchart Perawatan Sistem Pendingin Radiator


Gambar 3.1 flowchart Sistem Pendingin Radiator


3.2       Proses Perawatan Sistem Pendingin Radiator

3.2.1    Alat dan Bahan

Pada penelitian ini bahan yang diperlukan seluruh komponen sistem pendingin radiator. Alat-alat yang digunakan sebagai berikut: 

1.      Obeng (-) dan(+).radiator cap tester.

2.      Kompresor dan air.

3.      Sikat kawat.

4.      Kunci 10-11 ring/pass.

5.      Kunci 12- 13 ring pass.

6.      1 (set) tools box.

7.      1 unit mobil Mitsubishi galant

Pada penelitian ini perawatan ratdiator yang akan dilakukan di mobil Mitsubishi galant 2500cc. Mitsubishi Galant 2500 cc merupakan salah satu merk mobil dari jepang yang sudah tidak asing lagi di dunia otomotif mobil, bahkan Mitsubishi sendiri sering menghasilkan mobil yang tunggu dan bertenaga cukup besar untuk melaju di berbagai medan. Tabel 1 menunjukkan spesifikasi mesin Mitsubishi Galant 2500 cc. Sistem pendingin dapat berfungsi dengan baik apabila komponen-komponen dari sistem pendingin tidak mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada sistem pendingin harus diatasi sedini mungkin untuk mencegah kerusakan pada komponen-komponen lain dari mesin, kerusakan yang terjadi pada komponen sistem pendingin dapat diatasi sedini mungkin dengan melakukan perawatan secara berkala. Dari hasil penelitian, sistem pendingin yang dipakai pada mobil Mitsubishi Galant 2500 cc ini adalah sistem pendingin air (water cooling). Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa masalah yang terjadi pada sistem pendingin yaitu kenapa terjadinya panas berlebih (over heat), mengapa terjadi kebocoran pada sistem pendingin dan sampai mengakibatkan kepala selinder menjadi lengkung atau baling. Hal ini dapat mempengaruhi dari pada kinerja mesin, maka untuk mengatasinya perlu dilakukan perawatan dan perbaikan secara berkala dan menganti komponen sistem pendingin yang mengalami kerusakan. Dari hasil penelitian diatas seperti yang dipaparkan pada Tabel 2 dan Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada sistem pendinginan air (water cooling) mobil Mitsubishi Galant 2500cc. komponen tersebut sangat berperan penting dalam kendaraan, karena sistem pendingin ini mampu menjaga kestabilan suhu kerja mesin dan mesinpun tidak cepat panas (over heat). Komponen sistem pendingin dapat terganggu apabila terjadi kerusakan pada komponenkomponen tersebut sehingga kinerja dari pada sistem pendingin tidak maksimal, maka untuk itu penulis akan menerangkan bagaimana cara: pemeriksaan dan perbaikan sistem pendingin hingga mencari trouble shooting.  

                                                          Tabel 1. Spesifikasi Mesin 



 Jenis Spesifikasi

Model Galant ST Ea5 Transmisi 5 MT/Aat With Invecs Tahun Pembuatan 1998-2005 Jumlah Silinder 6 Combustion Chamber Tipe Pentroof Fuel System ECI-Multi Compression Ratio 9.0-9.5:1 Total Displacement 2.498 cc Peak Power 120-129Kw (163-175 ps; 161-173 hp) at 5750 Peak Torque 223-230 Nm (164-170 lb ft) at 4500 rpm Diameter Cylinder 81,0 mm Langkah Piston 80,8 mm Sistem Pendingin Water_Cooled Forced Circulation Tipe Water Pum Centrifugal Impeller .

3.2.2        Cara Merawat Sistem Pendingin Radiaor

1.     
Periksa Volume air Radiator

Hal pertama yang harus dilakukan dalam merawat radiator Mobil adalah memantau volume dari air radiator. Jangan sampai kehabisan karena bisa berakibat fatal. Namun yang perlu diketahui adalah, kurangnya volume air belum tentu terjadi kebocoran pada tangki air radiator. Hal tersebut dikarenakan temperatur yang tinggi sehingga terjadi tekanan yang tinggi pula di dalam radiator. Pada saat kondisi tersebut maka per yang berada pada tutup radiator akan tertekan karena tekanan yang berlebih. Kemudian tekanan tersebut disalurkan menuju reservior sehingga menimbulkan yang namanya vakum. Kondisi tersebut juga berlaku sebaliknya, apabila tekanan mesin mengalami penurunan maka vakum dapat menghisap air radiator. Jadi ketika volume air radiator mengalami penurunan bukan karena terjadi kebocoran jadi jangan terlalu panik. Apabila volume air berkurang sebaiknya segera dilakukan pengisian.

2.     Jangan Gunakan Air Keran

Pada saat melakukan pengisian air radiator sebaiknya menghindari menggunakan air keran atau air mineral. Hal tersebut dikarenakan fungsi air radiator adalah mendinginkan mesin dan juga sebagai pencegah agar tidak timbul karat. Namun penggunaan air keran atau mineral dapat menimbulkan resiko korosi karena terdapat kandungan zat besi di dalam air keran. Selain hal tersebut, penggunaan air keran atau mineral bisa memperpendek umur dari radiator. Jadi jika ingin radiator Mobil Anda awet sebaiknya menggunakan cairan khusus yang memang disarankan seperti Radiator Coolant.

3.        Menguras Air Radiator

Demi menjaga kondisi air radiator agar tetap melakukan fungsinya dengan sebaik-baiknya, maka pengurasan tangki air radiator sangat diperlukan. Hal tersebut tentunya bertujuan supaya kondisinya tetap maksimal sehingga saat mendinginkan mesin juga sempurna. Untuk waktu dalam menguras air radiator berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. untuk mengetahui lebih jelasnya Anda bisa membaca buku panduan yang sudah disediakan pihak produsen Mobil saat membelinya. Sebagai contoh misalnya pada Mobil Kijang Innova atau Toyota Avanza, yang dimana pergantian air radiatornya setelah menempuh jarak 160 ribu km. Namun untuk pergantian pertama dan interval kedua di angka 80 ribu kilometer.

4.         Pemilihan Radiator Coolant yang Tepat


Dalam melakukan pemilihan air radiator tidak boleh sembarangan. Hal tersebut dikarenakan pada saat radiator panas maka akan terjadi reaksi kimia. Apabila radiator coolant tidak sesuai dengan mesin Mobil maka bisa menyebabkan keropos atau karatan, bahkan sel-sel radiator dapat tersumbat karena timbulnya endapan. Jadi sebaiknya untuk memilih radiator coolant mengikuti saran dari pihak pabrikan Mobil.

5.    Periksa Selang – selang Radiator

       Periksa Selang/ Water jaket jika ada kebocoran maka harus diganti. Fungsi dari water jacket untuk mengalirkan sirkulasi air coolant kebagian bagian radiator sehingga coolant dapat mendinginkan mesin dan melepas panas pada mesin.

6.    Periksa kipas dan vbelt kipas radiator

            Pemeriksaan kipas dan vbelt dengan melihat lalu periksa kekencangan vbelt pada kipas, jika kendor maka hanya dikencangkan saja. Jika vbelt sudah haus maka harus dilakukan penggantian.

    7.     Cek Tutup Radiator

Hal terakhir yang harus diperhatikan dalam merawat radiator Mobil adalah jangan lupa menutup rapat tutup radiator setelah membukanya. Jadi pada saat temperatur mesin dalam keadaan panas maka radiator coolant tidak akan keluar. Selain itu jangan lupa melakukan pengecekan kondisi sistem kerja pada radiator seperti selang, reservior, tutup dan lainnya.


BAB IV


PENUTUP

4.1       Kesimpulan

Dari hasil penelitian penulis dapat menguraikan beberapa data tentang sistem pendingin mesin Mitsubishi Galant 2500cc, maka dapat diambil simpulan bahwa ada sistem pendingin yang digunakan mesin Mitsubishi Galant 2500cc adalah sistem pendingin air komponenya yang terdiri dari: radiator, pompa air, thermostat, kipas pendingin, tangki cadangan dan mantel pendingin. Permasalahan yang sering terjadi adalah kebocoran, kotoran yang banyak mengendap di radiator, sehingga mempengaruhi kinerja sistem pendingin. Daya mesin yang berkurang akibat terjadinya over heat  pada sistem pendingin sehingga merusak dari pada ruang kerja pembakaran pada mesin. Kebocoran pada sistem pendingin akibat perawatan dan pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan kebocoran pada sistem pendingin mesin yang mengakibatkan mesin menjadi over heat. Panas dan tekanan berlebih dapat membengkokan kepala selinder (cylinder head), terutama yang terbuat dari aluminium.






sumber : https://www.autoexpose.org/2017/09/cara-kerja-thermostat.html

              https://showroommobil.co.id/tips-dan-trick/cara-mengganti-air-radiator-mobil/

Tugas 3 Perawatan Mesin

METODE PRAKTIS DALAM MEMBUAT JADWAL PERAWATAN ALAT BERAT


1.      Perawatan Harian


a.       Tanggung jawab operator dan staff (sisten)


b.      Asisten harus mengajari operator mengenai perawatan harian


c.       Perawatan meliputi :


ü  Pemeriksaan dan perawatan setiap pagi sebelom operasi


ü  Pembersihan unit setelah operasi


ü  Perawatan dan pemeriksaan rutin harian


·         Pemeriksaan seruluh level oli sebelum mesin dihidupkan


·         Pemeriksaan air battery beserta kabel – kabelnya


·         Pemeriksaan air radiator


·         Pemeriksaan rem


·         Pemeriksaan kopling (jarak pedal)


·         Pemeriksaan sistem listrik dan lampu


·         Pemeriksaan ketegangan tali kipas


·         Pemeriksaan tekanan angina ban


·         Pemeriksaan seluruh baut baut terutama baut roda


·         Pemeriksaan sistem hidrolik


·         Pemeriksaan kebocoran-kebocoran oli


·         Pada awal menghidupkan mesin jalan dengan putaran mesin yang rendah


·         Pembersihan air cleaner sebaiknya dilakukan setiap hari


·         Pengisian bbm sebaiknya dilakukan setelah unit beroperasi pada sore hari untuk menghindari ruang kosong dalam tangka bahan bakar


·         Pembersihan unit setelah selesai operasi sebaiknya dilakukan setiap hari jika memungkinkan

2.      Perawatan berkala


a.       Perawatan berkala berdasarkan pada jam kerja mesin (HM) mengikuti rekomendasi pihak pembuat unit.


b.      Pelaksanaan bisa dilakukan sendiri atau dengan pihak lain (vendor).


c.       Kegiatan meliputi :


ü  Pemeriksaan rutin kondisi unit.


ü  Penggantian pelumas.


ü  Penggantian suku cadang.


d.       Service kerusakan


ü  Dilakukan bila terjadi kerusakan incidental


ü  Dilakukan sendiri atau dengan pihak lain


ü  Penggantian suku cadang


ü  Sistem penyediaan barang


ü  Sistem pengeluaran barang


e.       Penyediaan suku cadang


ü  Disesuaikan dengan budget


ü  Diatur berdasarkan kebutuhan


ü  Harus ada batas minimal stock


·         Diatur per satuan waktu


·         Faktor jarak (antara workshop dengan supplayer)


·         Proses penyediaan barang (mlai dari PR sampai PO)


f.      Pengeluaran suku cadang


ü  Pengaturan pengeluaran barang


·         Permintaan melalui staff traksi


·         Persetujuan pimpinan untuk pengeluaran part


·         Pengeluaran part dari gudang harus menggunakan sistem FIFO (First In First Out)

3.      Overhaul


a.       Dilakukan jika telah mencapai jadwal (waktu) pelaksanaan overhaul/faktor umur unit


b.      Terjadinya kerusakan parah yang mengakibatkan harus dilakukan overhaul


Sumber : https://www.scribd.com/doc/206869128/Prosedur-Perawatan-Alat-Berat


Minggu, 07 Januari 2018

Jurnal Getaran Mekanik

PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP
KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN
PADA ALUMINIUM COR DENGAN CETAKAN PASIR
Helmy Purwanto, Mulyonorejo
Laboratorium Proses Produksi dan Material Teknik
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang
Jl. Menoreh Tengah X/22 Sampangan, Semarang 50236, Indonesia
Phone: +62-24-8505680, FAX: +62-24-8505681, www.unwahas.ac.id , E-mail: helmy_uwh@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengecoran ulang terhadap kekuatan tarik
dan kekerasan pada aluminium. Bahan yang digunakan adalah aluminium yang beredar di
pasaran. Material dilebur diatas tungku pengecoran dan dituang pada temperatur 7500C
dengan menggunakan cetakan pasir. Hasil pengecoran kemudian dibuat spesimen pengujian
tarik menurut standart JIS Z 2201 No. 14 untuk pengujian tarik dan spesimen pengujian
kekerasan. Pengecoran ulang dilakukan tiga kali dengan kondisi penuangan yang sama dan
masing-masing masing pengecoran dibuat tiga spesimen. Dari hasil pengujian bahwa untuk
pengecoran ulang I terhadap pengecoran ulang II kekuatan tarik turun 3.9% dan kekerasannya
turun 5.1% dan setelah dilakukan pengecoran ulang III kekuatan tarik turun sekitar 8.9 % dan
kekerasannya turun sekitar 27 %. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah bahwa pengecoran
ulang akan menurunkan kekuatan tarik dan kekerasan aluminium cor.
Kata Kunci : Pengecoran Ulang (remelting), kekuatan tarik dan kekerasan
1. Pendahuluan
Aluminium (Al) merupakan logam ringan yang mempunyai sifat tahan terhadap
korosi dan hantaran listrik yang baik. Pemakaian aluminium diperkirakan pada masa
mendatang masih terbuka luas baik sebagai material utama maupun material pendukung
dengan ketersediaan biji aluminium di bumi yang melimpah. Aluminium dapat
dipergunakan untuk peralatan rumah tangga, material pesawat terbang, otomotif, kapal
laut, konstruksi dan lain-lain. Produk-produk aluminium dihasilkan melalui proses
pengecoran (casting) dan pembentukan (forming). Aluminium hasil pengecoran banyak
dijumpai pada peralatan rumah tangga dan komponen otomotif misalnya velg (cast
wheel), piston, blok mesin dan lain sebagainya. Aluminium hasil pembentukan
diperoleh melalui tempa, rol dan ektrusi misalnya aluminium profil dan plat yang
banyak digunakan dalam kontruksi.
Mengolah biji logam menjadi aluminium memerlukan energi yang besar. Salah
satu usaha untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan daur ulang. Karena
keterbatasan yang ada seperti pada industri kecil (kasus pengecoran pada industri kecil)
tidak semua menggunakan bahan baku, tetapi memanfaatkan aluminium sekrap ataupun
rejected materials dari peleburan sebelumnya untuk dituang ulang (remelting).
Pengecoran ini untuk mengurangi pemakaian bahan baku serta agar tidak banyak
material yang terbuang sia-sia, sehingga akan menghemat biaya produksi.
Hasil pengecoran suatu komponen pada saat digunakan kadang mengalami
beban tarik sehingga peralatan tersebut harus mendapatkan jaminan terhadap kerusakan
akibat tarikan yang dikenakan, sehingga aman dalam penggunaan atau bahkan
mempunyai usia pakai (life time) lebih lama. Untuk itu tentunya perlu diketahui sifat
mekanis dari material yang digunakan agar konstruksi nantinya tidak mengalami
kegagalan.
Pengecoran ulang adalah pengecoran yang menggunakan material daur ulang
yang sudah tidak terpakai untuk di tuang kembali. Pengecoran ulang biasanya dilakukan
didalam industri-industri kecil dengan menggunakan dapur sederhana dengan
menggunakan tungku api dengan pembakaran menggunakan minyak tanah. Metode pengecoran yang digunakan biasanya menggunakan pengecoran tuang (grafity casting)
dan dengan cetakan pasir.

2. Cara Penelitian
Desain pembuatan tungku pengecoran menggunakan batu tahan api dan semen
tahan api sebagai dinding tungku. Sementara api sebagai pemanas digunakan kompor
minyak tanah dengan bantuan udara bertekanan yang disemburkan melalui nosel.
Sebagai tempat penampung logam aluminium cair digunakan kowi dan untuk mengukur
suhu dari logam cair digunakan digital thermometer dengan termokopel. Bahan
menggunakan Aluminium dalam bentuk batangan yang diperoleh dari pasaran. Jumlah
dari spesimen pengujian adalah masing masing tiga spesimen untuk tiap pengecoran.
Pengecoran dilakukan berulang sampai tiga kali pengecoran dari sisa pembuatan
spesimen dengan temperatur tuang 750OC dan di cetak dengan menggunakan cetakan
pasir. Sebagai material kontrol dibuat spesimen dari material awal.

3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pengujian Tarik
1

Tegangan tarik maksimum pada variasi pengecoran ulang I sampai pengecoran
ulang III pada temperatur tuang 750oC ditunjukkan pada Gambar 2 dimana pada raw
material mempunyai tegangan tarik maksimum sebesar 19.98 kg/mm2. Tegangan tarik
maksimum pada pengecoran ulang I terhadap raw material turun dari 19.98 kg/mm2
menjadi 11.69 kg/mm2 atau turun sekitar 41 %. Setelah dilakukan pengecoran ulang II
tegangan tarik maksimum turun lagi menjadi 11.23 kg/mm2 atau turun 3.9 % demikian
juga setelah dilakukan pengecoran ulang III tegangan tarik maksimumnya juga turun
menjadi 10.23 kg/mm2 atau turun 8.9 %. Pengujian ini menunjukkan penurunan
kekuatan tarik maksimum, sesuai yang dilaporkan oleh Purnomo, 2004 pada aluminium
tuang 320 yang mengalami penurunan kekuatan tarik setelah dilakukan pengecoran
ulang, hal ini disebabkan karena karena adanya porositas yang disebabkan timbulnya
gas H2 saat proses peleburan. Penurunan kekuatan tarik juga dapat disebabkan oleh
masuknya kotoran pada saat peleburan karana peleburan menggunakan bahan bakar
minyak tanah.
3.2. Regangan
Regangan pada variasi jenis pengecoranditunjukkan pada gambar 3, regangan
pada raw material adalah 0.35. Setelah dilakukan pengecoran ulang I, regangan turun
menjadi 0.09. Pada pengecoran ulang II juga nampak penurunannya menjadi 0.08, dan
pada pengecoran ulang III juga turun menjadi 0.07 dengan demikian pengecoran ulang
juga membuat regangan dari aluminium menjadi berkurang atau aluminium yang
dilakukan pengecoran kemampuan perpanjangannya menjadi berkurang.
3.3. Pengujian Kekerasan
Gambar 3 menunjukkan pengaruh pengecoran ulang terhadap kekerasan. Hasil
pengujian terlihat bahwa raw material mempunyai nilai kekerasan yang cukup tinggi
yaitu sekitar 91.7 BHN. Hasil pengujian terhadap pengecoran ulang I terlihat penurunan
yang cukup jauh yaitu dari 91.17 BHN menjadi 19.3 BHN penurunan terjadi sekitar
79%. Pengujian kekerasan pada pengecoran ulang II penurunannya tidak terlalu jauh
dari pengecoran ulang I yaitu dari 19.3 BHN menjadi 18.03 BHN, atau sekitar 5.1%
demikian pula pada pengecoran ulang III yaitu mengalami penurunan kekerasan
terhadap pengecoran ulang II yaitu dari 18.03 BHN menjadi 13.1 BHN atau sekitar 27
%. Dari hasil pengujian ini terlihat bahwa terjad kecenderungan turunnya harga
kekerasan akibat dilakukannya pengecoran ulang, hal ini disebabkan oleh timbulnya
porositas pada hasil pengecoran akibat timbulnya gas pada saat peleburan

Pengaruh tegangan tarik maksimum terhadap kekerasan terlihat bahwa seiring
dengan turunnya tegangan tarik terlihat pula penurunan pada nilai kekerasannya dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin sering aluminium di cor ulang maka
kekutan tarik dan kekerasannya akan semakin berkurang, sama yang dikatakan
Purnomo, 2004 pada aluminium tuang 320 bahwa kekuatan tarik dan kekuatan impak
akan turun setelah dilakukan pengecoran ulang.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada proses pengecoran ulang pada aluminium
murni dengan menggunakan cetakan pasir dan temperatur tuang 750oC dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengecoran ulang menyebabkan penurunan pada kekutan tarik yaitu dari
pengecoran I ke pengecoran II turun sekitar 3.9 % sedang penurunan dari pengecoran ulang II ke pengecoran III turun 8.9%atau rata-rata penurunan setelah
dilakukan pengecoran ulang adalah 6.4 %.
2. Pengecoran ulang juga berpengaruh pada penurunan regangan. Rata-rata
penurunannya sebesar 11 % .
3. Pengecoran ulang juga menurunkan kekerasan material dari pengecoran I ke
pengecoran II turun dari 19.3 BHN menjadi 18.03 BHN atau turun sebesar 5.1%
dan dari pengecoran ulang II ke pengecoran ulang III turun dari 18.03 BHN
menjadi 13.1 BHN atau turun sebesar 27 %.

Ucapan Terima Kasih
Diucapkan terimakasih kepada segenap laboran dan teknisi Laboratorium Proses
Produksi dan Material Teknik Program Studi Teknik Mesin Universitas Wahid Hasyim
Semarang dan Laboratorium Bahan Teknik Program Studi D3 Teknik Mesin
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Daftar Pustaka
Amanto, 2006, Pengukuran Sifat Mekanik, Ilmu Bahan , Bumi Aksara, Jakarta
Amstead B. H., Ostwalt P. F., Teknologi Mekanik ,Erlangga , Jakarta
Dieter, G. E., 1987, Metalurgi Mekanik, Jilid 1 Erlangga, Jakarta
Japanese Standards Association, 1973, JIS Hand Book Non-Ferrous Metal and
Metallurgy, JSA Japan hal. 36.
Kalpakijan, S., 1989, Manufacturing Engineering and Technology, McGraw-Hill. inc
Purnomo, 2004, Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan tarik dan
Ketangguhan Impak pada Paduan Aluminium 320, Jurnal Proceedings, Komputer
dan Sistem Intelijen Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta hal 905-911.
Surdia, T. dan Chijiwa K., 1991, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya
Paramita,Jakarta.
Shackelford, J. F., 1992, Introduction to Material Science for Engineer, 3 rd edition,
Macmillan Publishing Company

Rangkuman Jurnal

Rangkuman Jurnal tentang Sand Casing

Proses logam dapat diartikan proses dari logam yang dicairkan, dituangkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan membeku. Oleh karena itu sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan logam dan bagaimana membuat cetakan. Logam pertama yang dicor adalah emas dan perak.
Pengaruh Metode Pengecoran Terhadap Sifat-Sifat Mekanis pada baling-baling
            Proses pembuatan baling-baling dapat dilakukan dengan pengecoran atau penuangan sand casting. Bahan yang digunakan untuk membuat baling-baling biasanya ada 2 yaitu aluminium atau kuningan, yang masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Untuk mengetahui pengaruh proses pengecoran terhadap sifat-sifat mekanis yang dihasilkannya, terutama kekerasan dan laju perambatan retak, maka penelitian ini dilakukan. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah baling-baling bediameter 20” (51cm) ssebanyak 2 buah yang terbuat dari aluminium, dan 2buah lagi dari kuningan. Bahan aluminium dan kuningan yang digunakan adalah bahan limbah rumah tangga. Dari tiap-tiap baling-baling kemudian dipotong-potong sehingga didapat 3 buah specimen untuk uji Tarik statis dan 3 buah specimen uji perambatan retak, serta beberapa specimen untuk uji kekerasan, sehingga jumlah specimen total sebanyak 12 buah untuk uji Tarik statis dan 12 buah untuk ji perambatan retak. Dari hasil analisa yang dilakukan ternyata proses/metode pengecoran sangat mempengaruhi terhadap kekerasan baling-baling tersebut.
Variabel Penelitian
·         Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi bahan dan waktu peleburan logam serta waktu pendinginan dalam cetakan.
·         Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variable yang merupakan hasil. Dimana nilainya dipengaruhi oleh adanya perubahan variable bebas.
·         Variabel control
Variabel control adalah variable yang dikendalikan sehingga pengaruh variable bebas terhadap variabel terikat. Variabel control yang dimaksud disini adalah semua faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari proses pengecoran tersebut adalah:
-          Jenis pasir cetak
-          Kadar air pasir cetak
-          Jenis cetakan
-          Model (pattern)
-          Temperatur penuangan
-          Letak lubang tuang
-          Keterampilan mengecor benda kerja
-          Alat pengukur kekasaran
-          Alat pengukur kekerasan

Teknik Pengumpulan Data Metode Eksperimen
Metode eksperimen digunakan dalam penelitian ini karena dapat memberikan data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini dilakukan proses pengecoran dengan variasi komposisi, waktu pencairan alumunium dan waktu pendinginan alumunium yang berbeda-beda.

Analisa Kekuatan Tarik dan Tekan Cetakan Pasir akibat Variassi Ukuran Butir dan Kadar Pengikat Pasir Cetak
Penelitian dilaksanakan di divisi pengecoran PT. x dengan menggunakan 2 macam pengujian, yaitu pengujian kekuatan Tarik dan pengujian kekuatan tekan. Penelitian dilakukan dengan variasi ukuran butir pasir cetak GFN 25-30 AFS dan GFN 40-50 AFS serta variasi kadar bahan pengikat sebanyak 1%, 1,3%, dan 15%. Ukuran butir hanya berpengaruh pada kekuatan Tarik cetakan, sedangkan kadar pengikat berpengaruh pada kekuatan Tarik juga kekuatan tekan cetakan pasir. Penambahan kadar pengikat memberikan pengaruh meningkatkan kekuatan taarik dan tekan cetakan pasir pada persentase 1% hingga 1,5%. Semakin banyak persentase binder yang digunakan akan meningkatkan kekuatan Tarik dan kekuatan tekan cetakan pasir tertinggi yang dicapai oleh penggunaan kadar pengikat paling banyak dalam penelitian ini, yaitu 1,5% nilai rata-rata kekuatan tekan tertinggi yaitu 2,7567 N/mm².

Pengaruh Variasi Abu Sekam Dan Bentonit Pada Cetakan Pasir Terhadap Kekerasan Dan Sttuktur Mikro Hasil Coran Alumunium AA 1100
Obyek dalam penelitian ini adalah benda uji berupa Alumunium AA 1100 hasil pengecoran yang dicetak menggunakan cetakan pasir. Pembentukan cetakan pasir terbentuk dari dua proses penc